Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

by -79 Views

Oleh: Prabowo Subianto [Sumber: Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Pak Tarub adalah lulusan angkatan ’65. Saya pertama kali berinteraksi dengannya secara dekat ketika beliau menarik saya dari posisi Kepala Staf Brigade menjadi komandan Pusdikpassus di Batujajar. Bagi saya, peristiwa ini merupakan sebuah kehormatan.

Saat menarik saya, beliau mengatakan, “Prabowo, coba kau benahi Batujajar. Perbaiki kurikulumnya. Buatlah tidak kalah dengan pasukan terbaik di dunia.” Misi itulah yang saya emban dan dengan dukungan penuh dari beliau, saya melakukan perubahan kurikulum dan sistem latihan di Batujajar.

Sebelum menjabat sebagai komandan Pusdikpassus, saya meninjau beberapa pasukan khusus terbaik di dunia seperti Delta Force di Amerika, SAS di Inggris, dan GSG9 di Jerman. Setiap kali saya berkunjung ke pasukan tersebut, yang selalu saya cari adalah kurikulum pelatihan dan pendidikan mereka. Dari Pak Tarub, saya belajar bahwa jika kita ingin menilai suatu pasukan, lihatlah kurikulum pendidikan mereka. Hitunglah berapa jam pelajaran mereka dalam taktik, teknik, dan sebagainya. Hitunglah berapa butir peluru yang ditembakkan oleh setiap prajurit. Dari situ, kita akan mengetahui kualitas pasukan tersebut. Dengan dukungan penuh dari Pak Tarub, saya berhasil meningkatkan mutu dan kurikulum pelatihan komando. Alhamdulillah, setelah sekian puluh tahun saya memantau, beberapa perubahan yang saya lakukan masih terus diterapkan di Batujajar.

Pak Tarub dikenal sebagai orang yang ramah, penuh humor, selalu persuasif, dan jarang marah. Pribadinya halus. Beliau disenangi oleh atasan, rekan, maupun anak buah.

Pak Tarub selalu terlihat di daerah operasi sejak masih menjadi kapten. Selain hobi menembak, beliau juga menyukai olahraga bela diri.

Beliau sering memberi tugas kepada saya. Namun setelah memberikan tugas, beliau membiarkan saya menyelesaikannya tanpa banyak campur tangan. Itulah yang saya rasakan, banyak senior saya memberi tugas dan perintah, memberi dukungan namun tidak mengganggu pelaksanaan.

Sifat ini kemudian saya terapkan dalam gaya kepemimpinan saya. Saya sering memberi tugas kepada anak buah dan membiarkan mereka menyelesaikan tugas tersebut. Tentu saja, saya akan memberikan bantuan yang diperlukan, namun memberi keleluasaan kepada mereka untuk menyelesaikan tugas.

Sebagai seorang lapangan, saya tidak suka jika setiap langkah harus diatur, harus ditanyakan, atau harus diawasi. Ini kemudian saya lihat sebagai gaya kepemimpinan yang berhasil.

Di satuan-satuan aktif dan kuat, gaya kepemimpinan jenderal-jenderal hebat luar negeri seperti ini. Dikenal dengan istilah yang digunakan tentara Jerman dan Amerika sebagai mission type order. Perintah dengan hanya memberi tugas pokok, tanpa detail.

Ini juga yang dilakukan oleh Pak Sahala Rajagukguk saat mengendalikan saya pada tahun 1978, dalam operasi mengejar Lobato. “Kamu sampai di sini ini, lanjutkan pengejaran ke koordinat ini. Lalu kamu sudah tahu ya apa yang harus dilakukan. Ketemu lagi dalam berapa hari dengan helikopter ini.” Ia selanjutnya langsung terbang, tanpa perintah operasi yang bertele-tele. Itu juga yang saya pelajari dari Pak Tarub.

Source link