LEADERSHIP QUALITIES OF MY SENIORS (PART I)

by -129 Views

Dalam buku “Military Leadership Notes from Experience Chapter I: Exemplary Leaders of The Indonesian Armed Forces” yang ditulis oleh Prabowo Subianto, disebutkan bahwa seorang guru sejati seharusnya bangga melihat muridnya melebihi dirinya sendiri. Seorang guru sejati akan memastikan bahwa murid-muridnya dan anak buahnya lebih sukses daripada dirinya. Seorang guru sejati tidak akan ragu untuk membimbing muridnya untuk mencapai potensi penuh dan mencapai pangkat tertinggi demi kepentingan bangsa dan negara.

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Kemal Idris adalah salah satu tokoh TNI yang sangat terkenal. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh kunci rezim Orde Baru di awal pemerintahan Presiden Suharto. Pak Kemal Idris juga merupakan teman dari paman Prabowo, yang meninggal dalam Pertempuran Lengkong. Ketika bertemu dengannya, Pak Kemal Idris mengatakan, “Aku adalah sahabat terbaik dari pamanmu. Pamanmu adalah seorang pria yang sangat berani. Jika pamanmu masih hidup hari ini, saya yakin dia akan menjadi Pangkostrad. Kau harus mengikuti jejak pamanmu, Subianto. Dia adalah seorang pahlawan.” Prabowo mengingat kata-katanya dengan jelas.

Pak Kemal Idris dikenal sebagai sosok yang patriotik, berani, lurus, dan terbuka. Batalyonnya merupakan batalyon TNI pertama yang memasuki ibu kota setelah Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia. Kualitas yang diingat dan dihargai Prabowo dari Pak Kemal Idris adalah sifat terbuka, ramah, dan humorisnya. Namun demikian, Pak Kemal Idris juga memiliki kelemahan, seperti sifat emosionalnya yang kadang membuatnya mengambil keputusan dengan tergesa-gesa. Prabowo sering mendapatkan nasihat dan pembelajaran kepemimpinan dari Pak Kemal Idris.

Selain itu, dalam buku tersebut juga disebutkan tentang Letnan Jenderal TNI (Purn.) Hartono Rekso Dharsono, atau yang lebih dikenal sebagai Pak Ton. Pak Ton merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh saat era Orde Baru. Ia berani mengoreksi Pak Harto, kritis, dan mendorong untuk melakukan demokratisasi di Indonesia. Pak Ton sangat populer di kalangan rakyat, mahasiswa, dan prajurit. Ia sering mengenakan topi Kujang, dan diidolakan oleh pemuda Jawa Barat dan gerakan pemuda Jakarta saat itu.

Pak Ton adalah teman dekat keluarga Prabowo, terutama dengan orangtuanya. Ia memiliki karier cemerlang di TNI, dan pernah menjadi Atase Pertahanan di London. Ia terkenal sebagai tokoh di Kodam Siliwangi, dan menonjol sebagai komandan batalyon dalam operasi untuk menekan pemberontakan PRRI/Permesta dan DI/TII. Ketika G30S/PKI terjadi, ia menjabat sebagai Kepala Staf Kodam Siliwangi. Pak Ton juga mendapat cemoohan dan dakwaan palsu, serta sempat dipenjarakan karena dianggap mendukung tindakan teror.

Prabowo mengingat bahwa pada saat Pak Ton dipenjarakan, ia masih seorang perwira junior yang prihatin karena tahu bahwa Pak Ton difitnah oleh kelompok di dalam TNI. Prabowo juga mengunjungi Pak Ton ketika ia masih seorang Letnan Dua, dan kemudian bertemu dengan keluarganya ketika menjadi Kapten. Prabowo belajar banyak dari pengalaman berkunjung kepada Pak Ton dan keluarganya, serta dari keputusannya dalam memilih kontraktor dan subkontraktor untuk konstruksi markas Detasemen 81 di Jakarta.

Pak Ton dan Pak Kemal Idris merupakan dua tokoh TNI yang memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia. Mereka membawa inspirasi bagi Prabowo dalam memahami arti kepemimpinan dan pengabdian pada negara. Semangat dan karakter yang dimiliki oleh keduanya menjadi teladan bagi Prabowo dan para pemimpin muda Indonesia lainnya.

Source link