Presiden berikutnya akan dipilih pada 12 Desember, dengan empat kandidat yang telah mendaftar, tetapi hanya petahana Mohammed Ben Sulayem yang memenuhi syarat untuk mencalonkan diri. Adanya peraturan yang menuntut pembentukan tim tujuh wakil presiden dari enam wilayah global FIA, membuat hanya satu orang, Fabiana Ecclestone, yang memenuhi syarat sebagai wakil presiden dari Amerika Selatan. Hal ini mengakibatkan tidak adanya kandidat lain yang bisa mencalonkan diri sebagai presiden. Tim Mayer yang sebelumnya mencalonkan diri, menarik pencalonannya dengan alasan pelanggaran etika dan ilusi demokrasi.
Proses hukum Villars juga menjadi sorotan dalam situasi ini. Seorang wanita asal Swiss tersebut menuntut FIA dan mengajukan prosedur hukum yang akan segera diputuskan secara sementara. Villars menginginkan penundaan pemilihan presiden FIA hingga keputusan akhir dibuat mengenai perselisihan tersebut. Dalam pernyataannya, Villars menjelaskan bahwa dia bertindak untuk melindungi FIA, bukan melawannya, dan ingin mendorong dialog yang tulus untuk membuat FIA menjadi lebih modern, adil, dan terhubung dengan anggotanya.
Kampanye FIA Forward yang digagas oleh Mayer, dan tindakan Laura dalam mengambil langkah-langkah positif dalam hal demokrasi dan transparansi juga menjadi sorotan. Meskipun masih belum ada jawaban dari pihak FIA terkait keluhan etik terkait pemilihan, upaya Villars dan kampanye FIA Forward diharapkan dapat membantu implementasi reformasi yang diperlukan demi pemilihan yang lebih terbuka bagi klub-klub anggota FIA. Semua perkembangan ini menunjukkan perjuangan pemilihan presiden yang demokratis dan transparan dalam FIA.





