Tim ekonomi pasangan calon presiden dan wakil presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar percaya bahwa pada 2024, ekonomi dunia akan mengalami resesi akibat tingginya suku bunga kebijakan bank sentral di negara-negara maju, inflasi yang tinggi, dan kenaikan harga komoditas akibat konflik geopolitik Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel.
Juru bicara dan tim ahli ekonomi Anies Baswedan, Thomas Lembong, menyatakan bahwa untuk mengurangi risiko terhadap pelemahan ekonomi domestik dan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia sesuai target 5,5%-6,5%, penting untuk memperbaiki sektor industri manufaktur yang saat ini ditinggalkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Lembong menyebut bahwa saat ini pemerintahan Jokowi masih terfokus pada hilirisasi sumber daya alam (SDA) dengan menciptakan industri manufaktur padat modal berbasis komoditas seperti pertambangan nikel. Namun, harga produksi di sektor tersebut saat ini sedang melemah.
Menurut Lembong, fokus pada industri manufaktur padat modal juga berpotensi menekan perekonomian masyarakat di tengah potensi resesi global yang besar. Industri padat modal cenderung menggunakan teknologi robotik atau otomasi sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja.
Lembong menambahkan bahwa investor global saat ini cenderung ingin berinvestasi di Indonesia untuk relokasi industri manufaktur padat karya seperti tekstil, furnitur, dan elektronika. Namun, pemerintah terlalu fokus pada industri padat modal seperti nikel dan baterai mobil listrik.
Oleh karena itu, Anies-Muhaimin akan mengusung penguatan industri manufaktur padat karya pada masa pemerintahan mereka. Dengan cara ini, sektor jasa akan semakin minim dan industri manufaktur akan semakin berkembang. Hal ini akan membantu menyerap tenaga kerja informal menjadi pekerja formal.
Artikel Selanjutnya: Media Asing Tiba-Tiba Sorot Anies Baswedan Soal Ini. (mij/mij)