China di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping terus menunjukkan eksistensinya sebagai negara besar di dunia. Beijing telah merencanakan bagaimana dunia harus bekerja saat China terus menantang kepemimpinan global Amerika Serikat (AS).
Visi Xi, meskipun dikemas dalam bahasa abstrak, merangkum dorongan Partai Komunis China untuk membentuk kembali sistem internasional yang dianggap tidak adil dan menguntungkan AS dan sekutunya.
“Perubahan di dunia, zaman kita, dan perubahan penting dalam sejarah sedang terjadi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Xi di Forum Belt and Road di Beijing sebagaimana dilaporkan CNN International, Jumat (10/11/2023).
“China akan melakukan upaya tanpa henti untuk mencapai modernisasi bagi semua negara dan berupaya membangun masa depan bersama bagi umat manusia.”
Dipandang sebagai saingan dengan sikap mereka yang semakin tegas dan otoriter, Beijing percaya bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengubah sistem tersebut dan keseimbangan kekuatan global untuk memastikan kebangkitan China dan menolak upaya untuk melawannya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Beijing telah mempromosikan model alternatifnya melalui dokumen kebijakan besar dan “inisiatif global” baru, serta pidato, pertemuan diplomatik, forum, dan pertemuan internasional besar dan kecil, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan di seluruh dunia.
Bagi banyak pengamat, kampanye ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa dunia yang mencontoh peraturan Beijing juga merupakan dunia dimana ciri-ciri pemerintahannya yang keras dan otokratis, seperti pengawasan ketat, sensor, dan represi politik, dapat menjadi praktik yang diterima secara global.
Namun dorongan China ini muncul ketika perang, ketidakstabilan kebijakan luar negeri pemilu, dan polarisasi politik yang mendalam telah meningkatkan pertanyaan mengenai kepemimpinan global AS.
Sementara itu, isu-isu mendesak seperti perubahan iklim, perang Rusia di Ukraina, dan serangan Israel di Gaza telah mempertajam diskusi mengenai apakah Barat mengambil pendekatan yang tepat untuk meresponsnya.
Semua ini bertepatan dengan seruan lama dari negara-negara berkembang untuk membentuk sistem internasional yang memungkinkan mereka mempunyai lebih banyak suara. Banyak dari negara-negara tersebut telah secara signifikan meningkatkan hubungan ekonomi mereka dengan Beijing selama pemerintahan Xi, termasuk upaya pembangunan infrastruktur global senilai US$ 1 triliun yang dilakukan selama kurang lebih satu dekade, yang dinamakan Belt and Road Initiative.
Masih harus dilihat berapa banyak negara yang akan menyambut masa depan yang sesuai dengan pandangan dunia China. Namun dorongan jelas Xi untuk memperkuat pesannya di tengah periode ketegangan yang tak henti-hentinya dengan Washington meningkatkan persaingan AS-China.