Pabrik Handuk di Jawa Barat Tutup Menyebabkan PHK 700 Pekerja

by -734 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Kabar buruk kembali datang dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional. Satu pabrik dilaporkan tutup, mengakibatkan ratusan buruh kehilangan pekerjaan. Perusahaan disebut memiliki pabrik di Jawa Barat dan telah melakukan pemangkasan karyawan secara bertahap.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengungkapkan, tutupnya pabrik ini mengonfirmasi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di TPT nasional memang masih berlanjut.

“Tutup pabrik tekstil belum berhenti. PT Wiska tiba-tiba menutup usahanya dan belum ada kejelasan soal pesangon,” kata Ristadi kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (20/11/2023).

“Beberapa hari lalu sepulang kerja, karyawan dikagetkan oleh pengumuman mendadak manajemen PT Wiska Sumedang yang menutup pabriknya, 2 November 2023,” tambahnya.

Ristadi menuturkan, diduga penutupan pabrik yang mendadak karena stok produksi tidak bisa terjual akibat permintaan pasar yang menurun.

“PT Wiska ada di tiga lokasi dengan jumlah karyawan tersisa sekitar 700-an pekerja. Di Sumedang, Soreang dan Rancaekek. Menurut laporan pengurus KSPN setempat, dulu ada ribuan pekerja. Lalu PHK bertahap, sehingga sisa sekitar 500-700-an pekerja. Jumlah ini naik turun karena ada pekerja kontrak,” ungkapnya.

“Lalu tiba-tiba tinggal 2 November, Manajemen umumkan pabrik tutup. Perusahaan berorientasi ekspor dan juga untuk lokal. Memproduksi varian handuk,” ujarnya.

Ristadi pun mendesak pemerintah segera melakukan tindakan cepat dan konkret untuk menekan laju PHK, terutama di industri manufaktur seperti sektor TPT.

“Yang lebih menyedihkan, pesangon pekerja belum jelas kepastiannya, bahkan pihak Manajemen menantang lewat proses hukum saja, tidak mau melaksanakan aturan tentang pesangon dengan alasan tidak mampu membayar. Padahal aturan nilai jumlah pesangon sudah diturunkan oleh UU Cipta Kerja, itu pun pengusaha masih bilang tidak mampu melaksanakannya,” tukas Ristadi.

“Ini berita menyedihkan, janji pemerintah untuk serius beri kebijakan yang menyelamatkan industri tekstil belum terasa dampaknya. Kebijakan pengetatan impor tidak ada efeknya,” pungkasnya.