Pada hari ke-48, serangan Israel ke Jalur Gaza dan Tepi Barat di Palestina memasuki babak baru. Setelah dimediasi Qatar, Israel dan Hamas dilaporkan setuju melakukan gencatan senjata sementara selama empat hari. Perjanjian gencatan senjata dilakukan dengan imbalan pertukaran sandera, dan agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke wilayah kantong Palestina tersebut.
Berikut update terkait situasi panas di Palestina dan wilayah lainnya, seperti dikutip oleh CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Kamis (23/11/2023).
Korban Tewas Terus Bertambah
Kementerian Kesehatan Palestina dan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), seperti dikutip Al Jazeera, mencatat setidaknya ada 14.532 korban tewas, termasuk 6.000 anak-anak dan 4.000 wanita. Korban luka-luka 35.000 orang, dengan sekitar 75% diantaranya adalah anak-anak dan perempuan. Setidaknya 6.800 warga dilaporkan hilang di Gaza. Sementara di Tepi Barat, tercatat 226 orang tewas, termasuk 51 jiwa anak-anak. Lebih dari 2.750 luka-luka. Di Israel, pada 10 November, para pejabat merevisi jumlah korban tewas dari 1.405 menjadi sekitar 1.200 orang. Sementara luka-luka sebesar 5.600 orang. Setidaknya total 53 jurnalis telah terbunuh sejak perang Israel-Gaza dimulai pada 7 Oktober. Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), sebanyak 46 jurnalis Palestina, empat jurnalis Israel dan tiga jurnalis Lebanon telah terbunuh.
Gencatan Senjata Ditunda
The Guardian melaporkan bagaimana berbagai media di Israel melaporkan bahwa gencatan senjata sementara akan tertunda. Begitu pula kesepakatan penyanderaan. “Sebuah sumber Israel mengatakan kepada surat kabar Israel Haaretz bahwa pertempuran di Gaza tidak akan berhenti selama belum ada batas waktu yang pasti untuk perjanjian dengan Hamas,” muat media itu. Sumber BBC juga melaporkan bahwa pemerintah Israel akan menunda gencatan senjata, yang sebelumnya diperkirakan pada Kamis pukul 10.00 waktu setempat. Sementara itu, seorang pejabat Israel mengatakan kepada kantor berita AFP, pertempuran antara Israel dan Hamas tidak akan berhenti “sebelum hari Jumat”.
Kemenkes Gaza Berhenti Koordinasi dengan WHO
Juru bicara Ashraf al-Qudra mengatakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza telah memutuskan untuk menghentikan koordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam mengevakuasi orang-orang yang terluka dan staf medis. Komentarnya muncul setelah penangkapan direktur Rumah Sakit al-Shifa dan dokter lainnya oleh pasukan Israel. Al-Qudra mengatakan Israel dan PBB bertanggung jawab atas penangkapan personel medis, dan menambahkan bahwa pasukan Israel melakukan kekerasan terhadap staf medis dan pasien.
Rumah Sakit Indonesia Dievakuasi
Badan amal Indonesia Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), yang mendanai Rumah Sakit Indonesia di Gaza ketika dibangun pada tahun 2011, mengatakan rumah sakit tersebut telah dievakuasi sepenuhnya dan relawannya dipindahkan ke Rafah. Sebelumnya, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, yang berada di dalam rumah sakit, mengatakan tentara Israel memperingatkan orang-orang di rumah sakit tersebut untuk mengevakuasi rumah sakit tersebut dalam waktu empat jam. “Rumah Sakit Indonesia sekarang kosong, dan relawan kami telah dipindahkan ke sekolah dekat Rumah Sakit Eropa di Rafah,” kata Sarbini Abdul Murad, kepala MER-C, mengatakan kepada Al Jazeera. “Para dokter dan korban luka dipindahkan ke Rumah Sakit Eropa. Relawan kami berlindung di sekolah bersama ribuan lainnya.”
Israel Tangkap Direktur Rumah Sakit Al-Shifa
Tentara Israel dilaporkan telah menangkap direktur Rumah Sakit Al-Shifa, kompleks medis terbesar di Gaza. Menurut keterangan dari seorang dokter dan laporan media, mereka juga menangkap dokter lainnya. “Muhammad Abu Salmiya ditangkap bersama dengan beberapa dokter senior lainnya,” kata Khalid Abu Samra, kepala departemen di rumah sakit tersebut, kepada AFP. Penangkapan tersebut juga dilaporkan oleh Otoritas Penyiaran Israel, dan dikonfirmasi dalam sebuah unggah di platform media sosial X oleh sepupu Salmiya, Adham Abu Selmiya.
Israel Bom Kamp Pengungsi Jabalia
Setidaknya empat warga Palestina tewas dalam pemboman terbaru Israel di kamp pengungsi Jabalia, yang menargetkan jalan Abu Qamar. Israel terus melakukan pemboman intensif terhadap daerah kantong yang terkepung itu menjelang gencatan senjata yang disepakati dan akan mulai berlaku pada Jumat pagi. Sejak 7 Oktober, lebih dari 14.000 warga Palestina telah terbunuh akibat serangan Israel di Gaza.
Serangan di Kamp Pengungsi Nuseirat
Setidaknya lima orang tewas dan sejumlah lainnya terluka dalam pemboman Israel yang menargetkan sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat, di Gaza tengah. Ini adalah serangan kedua terhadap kamp tersebut dalam beberapa hari terakhir. Pada Rabu, puluhan warga Palestina tewas dalam serangan Israel yang dilakukan terus menerus.