Netanyahu Ancam Menghancurkan Lebanon, Awas Perang di Gaza Menyebar

by -297 Views

Perang Gaza, Palestina bisa melebar ke mana-mana. Dalam update terbaru, Perdana Menteri (PM) Israel mengancam menghancurkan Lebanon. Serangan proksi Iran di sana, Hizbullah, membuat pemerintah Netanyahu geram. Hizbullah sendiri menyerang Israel sebagai bentuk bantuan ke Gaza dan otoritasnya Hamas, yang terus menerus digempur Israel. Mengutip Al-Arabiya, ia mengatakan eskalasi dari Hizbullah akan membuat “kehancuran” di Lebanon. Ia berujar, militer Israel telah aktif berperang dengan kelompok itu dan mengadopsi startegi maksimal di Utara Lebanon. “Kita akan menghapus sel teror,” tegasnya Minggu, dikutip Senin (4/12/2023). “Mendorong mereka menjauhi perbatasan dan menghacurkan semua gerakan. Kita akan melanjutkan dengan tanpa keraguan di Utara dan kemenangan total di Selatan.” Ia menegaskan dirinya tak main-main. Ia pun mengancam Hizbullah jika membuat kesalahan. “Harus jelas, kami berkomitmen merestorasi keamanan di Selatan dan Utara,” katanya. “Jika Hizbullah membuat kesalahan dan masuk ke dalam perang sepenuhnya, ini akan menghancurkan Lebanon dengan tangannya sendiri.” Hizbullah sendiri memang aliansi Hamas. Sejak 7 Oktober, kelompok ini juga kerap menyerang Israel di perbatasan Lebanon. Sementara itu, mengutip Al-Jazeera, lebih dari 700 warga Palestina telah terbunuh dalam waktu 24 jam terakhir di Gaza. Ini menjadikan total 15.523 warga Palestina telah tewas sejak dimulainya perang, termasuk 316 orang tewas dan 664 orang terluka “dalam beberapa jam terakhir”. Menurut badan kemanusiaan PBB, OCHA, diperkirakan 1,8 juta orang menjadi pengungsi internal, naik dari angka sebelumnya sebesar 1,7 juta. Gambar menunjukkan warga Palestina berusaha meninggalkan sebagian wilayah Khan Younis sejalan dengan tuntutan Israel untuk mengungsi. Israel sendiri telah dikecam keras oleh organisasi-organisasi kemanusiaan dan beberapa politisi karena rencana evakuasi yang dilakukan sedikit demi sedikit. Menurut mereka ini membuat warga Palestina makin sedikit memiliki tempat untuk mengungsi, sementara infrastruktur Gaza berada pada titik kritis.