Mengenal Pemilihan Presiden Taiwan: Profil Para Kandidat dan Konflik dengan China

by -165 Views

Taiwan siap Menghadapi Pemilihan Presiden Tahun 2024

CNBC Indonesia – Pada tahun ini, separuh penduduk dunia akan melakukan pemilu dan sekitar 30 negara akan memilih presidennya. Taiwan, negara kepulauan kecil berpenduduk 24 juta jiwa, menjadi salah satu di antara negara yang akan menggelar pemilihan presiden. Pada 13 Januari 2024, para pemilih di Taiwan akan memilih presiden baru, yang akan menentukan arah hubungan antara dua negara adidaya terbesar di dunia untuk tahun-tahun mendatang.

Meskipun Partai Komunis China (PKC) tidak pernah memerintah Taiwan, partai ini mengeklaim wilayah tersebut sebagai bagian dari Republik Rakyat China. Mereka tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mencapai ambisi “reunifikasi”.

Namun semakin banyak orang yang menganggap diri mereka sebagai orang Taiwan dibandingkan orang China, dan tidak ingin berhubungan dengan Beijing. Laporan The Guardian menyebut, bagi para pemilih di Taiwan, pertanyaan mengenai kandidat mana yang akan menjaga perdamaian di Selat Taiwan adalah sebuah pertanyaan yang eksistensial. Banyak orang juga peduli dengan isu-isu selain China. Namun apa pun keputusan mereka pada tanggal 13 Januari, dampaknya akan terasa di seluruh kawasan.

Kandidat terdepannya adalah Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang saat ini menjabat. Lai adalah wakil presiden Tsai Ing-wen, yang mengundurkan diri karena batasan masa jabatan. Lai akan berpasangan dengan mantan utusan Taiwan untuk Amerika Serikat Hsiao Bi-Khim.

Kandidat oposisi utama adalah Hou You-yi dari Kuomintang (KMT) yang lebih konservatif. Hou adalah mantan petugas polisi dan walikota populer di Kota New Taipei.

Kandidat selanjutnya adalah Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan (TPP) yang baru dibentuk. Ko adalah mantan Wali Kota Taipei yang terkenal dan merupakan seorang ahli bedah sebelum terjun ke dunia politik pada tahun 2014.

Pertanyaan tentang bagaimana menghadapi China mendominasi tahap akhir kampanye. Meskipun Taiwan telah lama berada di bawah ancaman invasi Beijing, ketegangan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan latihan militer yang lebih intens dan intelijen AS menunjukkan bahwa China mungkin mampu mencaplok Taiwan dalam dekade berikutnya. China dan KMT telah membingkai pemungutan suara tersebut sebagai pilihan antara perang dan perdamaian.

Meskipun dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, inflasi di Taiwan termasuk rendah, yakni mencapai 2,92% pada November, di mana banyak orang masih merasa bahwa biaya hidup terlalu tinggi.

Sebagai negara kepulauan yang kecil dan berbatu-batu, Taiwan bergantung pada impor untuk hampir 97% energinya, sehingga rentan terhadap gangguan. Keamanan energi merupakan kekhawatiran utama bagi banyak pemilih.

Beijing mengawasi pemungutan suara tersebut dengan cermat dan diperkirakan akan meningkatkan tekanan terhadap pulau tersebut dalam beberapa hari mendatang. Dalam pidato tahun barunya, Presiden China Xi Jinping mengatakan “penyatuan kembali tanah air adalah sebuah keniscayaan sejarah”. Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan pihaknya telah mendokumentasikan upaya China untuk ikut campur dalam pemilu dan akan mempublikasikan analisisnya setelah pemungutan suara. Siapapun yang memenangkan pemilu pada 13 Januari, hubungannya dengan AS tidak akan aman sampai hasil pemilu presiden AS pada November diumumkan. Pemilu Taiwan pada Januari akan menentukan arah geopolitik global pada tahun 2024, namun masih banyak hal yang perlu dilakukan.

Sumber: CNBC Indonesia