75 tahun yang lalu, Giuseppe Farina memenangi kejuaraan dunia pertama di Silverstone dengan menggunakan Alfa Romeo 158 yang memiliki berat sekitar 650-700 kg. Sejak F1 menerapkan bobot minimum pada tahun 1961, angka tersebut menjadi 450 kg. Namun, saat ini, tim-tim harus mencapai berat minimum 800 kg, yang menunjukkan kemajuan ilmiah selama tiga perempat abad terakhir.
Dalam industri mobil balap, perbedaan dalam bobot mobil terus berkembang. Sebuah lompatan signifikan dari 595 kg pada tahun 1995 menjadi 800 kg saat ini menunjukkan evolusi yang terjadi dalam hal berat dan performa mobil F1. Menurut Nikolas Tombazis, direktur kursi tunggal FIA, keinginan untuk memiliki mobil yang lebih ringan adalah harapan semua pihak terkait. Namun, dengan adopsi powertrain hibrida, bobot mobil meningkat sekitar 100 kg, menandakan sebuah tantangan dalam menjaga bobot optimal mobil tanpa mengorbankan performa.
Selain powertrain hibrida, faktor lain yang berkontribusi pada peningkatan bobot mobil adalah fitur keselamatan modern, seperti halo dan struktur benturan samping yang lebih kuat. Meski beratnya bertambah, fitur keselamatan ini penting untuk mengurangi risiko cedera yang dapat dihindari. Perubahan desain aerodinamis dan mekanis juga mempengaruhi bobot mobil, menimbulkan pertimbangan performa yang harus diseimbangkan dengan bobot tambahan.
Tantangan di masa depan adalah menemukan keseimbangan antara performa dan bobot mobil. Meskipun pengurangan bobot menjadi target, tim harus mempertimbangkan berbagai fitur performa yang saat ini menjadi bagian dari mobil F1 modern. Diskusi dan penelitian terus berlangsung untuk mengeksplorasi kemungkinan pengurangan bobot, tetapi hal ini tentu menghadirkan tantangan tersendiri bagi pembuat keputusan di F1.