Film animasi “Merah Putih: One for All” resmi tayang di bioskop, namun justru menimbulkan perdebatan di media sosial. Cuplikan trailer yang dirilis sebelumnya mendapat kritikan terutama terkait kualitas visual animasinya yang dianggap kurang memadai untuk layar lebar. Banyak warganet menilai gerakan karakter yang kaku dan latar visual yang kurang detail.
Komentar negatif seputar grafis dan detail animasi terus mengalir sejak trailer rilis, dimana banyak membandingkannya dengan produksi animasi lokal dan internasional lainnya. Sorotan juga dituju pada anggaran produksi sebesar Rp6,7 miliar yang membuat banyak orang mempertanyakan apakah uang yang digunakan sudah sebanding dengan kualitas akhir film.
Perbandingan dengan animasi sukses lain seperti “Jumbo” semakin meningkatkan kritik terhadap “Merah Putih: One for All”. Tidak hanya dari publik, sutradara dan anggota DPR pun ikut memberikan kritik terhadap film ini. Ada dugaan bahwa proses produksi terlalu terburu-buru dan kurang transparan, meskipun produser membantahnya.
Meskipun diharapkan sebagai kado untuk HUT RI ke-80, eksekusi film ini dinilai kurang matang dan penggunaan anggaran besar menjadi sorotan negatif. Banyak harapan agar masukan kritik dari publik dan profesional perfilman dapat dijadikan pembelajaran untuk masa depan produksi animasi Indonesia yang lebih baik dan menjadi kebanggaan nasional.