Dua siswa sekolah menengah dari Papua merasa bangga dan senang berpartisipasi dalam perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80 sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), pasukan pengibar bendera nasional elit, di Istana Merdeka Jakarta bersama Presiden Prabowo Subianto. Mereka adalah Franciscus Sakfiris Pahabolisage, yang mewakili Provinsi Papua Pegunungan dan seorang siswa di SMA Negeri 1 Wamena, dan Stincek Laramiapa, yang mewakili Provinsi Papua Tengah dari SMA Negeri 1 Nabire.
Franciscus menyampaikan kebahagiaannya karena sebelumnya ia hanya bisa melihat acara tersebut di TV atau di ponselnya. Sekarang dia bisa melihatnya langsung di depan matanya. “Saya sangat bersyukur atas kesempatan ini,” ujar Franciscus di Jakarta pada hari Kamis (14 Agustus). “Terima kasih, Pak Presiden, telah memilih kami untuk berada di sini. Kami sangat senang dan bangga bisa bertemu dengan Anda secara langsung,” tambahnya.
Franciscus mengingat proses seleksi yang ketat, dimulai dari tingkat kabupaten, dilanjutkan ke tingkat provinsi, dan mencapai tingkat nasional. Salah satu tantangan terbesarnya adalah pelatihan fisik—sesuatu yang tidak biasanya ia lakukan. “Saya belum pernah melakukan lari, push-up, atau sit-up secara teratur sebelumnya, jadi ketika saya mengikuti tes, saya kaget. Berlari di lapangan yang begitu luas itu sulit—badan saya benar-benar harus menyesuaikan diri,” ujarnya sambil tertawa.
Sementara itu, Stincek berbagi komitmennya untuk memberikan penampilan terbaiknya di depan Presiden dan bangsa. “Pesan saya kepada Presiden adalah bahwa saya akan melakukan yang terbaik untuk mengibarkan bendera negara dengan hasil terbaik mungkin pada hari besar itu, dan saya akan membuat negara kita bangga,” katanya.
Dia mengakui bahwa dia pernah meragukan dirinya bisa mencapai tingkat nasional, namun sekarang dia sangat senang menjadi bagian dari tim Paskibraka dan telah bertemu dengan teman-teman dari 38 provinsi lainnya selama pelatihan. “Pada awalnya, kami tidak saling kenal. Namun, seiring berjalannya pelatihan, kami belajar bagaimana bekerja sama—bagaimana untuk bersatu, apa yang tidak boleh dilakukan, dan bagaimana saling mendukung. Anda perlu fokus pada diri sendiri, tetapi juga pada tim. Kami harus saling memahami, tetap bersatu, dan membangun rasa persaudaraan yang kuat,” jelasnya.
Stincek juga mengaku merasa gugup tentang penampilannya pada 17 Agustus, namun mengatakan bahwa kegembiraan dan kebahagiaan lebih kuat daripada gugupnya. “Tentu saya gugup untuk bertemu Presiden secara langsung. Namun, ini juga merupakan suatu kegembiraan bagi kita semua, mengetahui bahwa kita mendapat momen ini melalui usaha kita sendiri,” katanya.