Polarisasi Politik Dipertajam oleh Manipulasi Digital

by -98 Views

Perkembangan teknologi yang pesat telah membawa ancaman baru bagi kedaulatan sebuah negara. Jika di masa silam, ancaman bagi keamanan negara identik dengan tank, senapan, dan peperangan fisik, kini pertempuran utama justru berpindah ke dunia digital—sebuah arena tanpa batas dan tanpa suara tembakan. Pertarungan yang dulunya terjadi di garis depan kini terjadi di balik layar komputer dan jaringan internet.

Di ruang maya, kekuatan destruktif hadir dalam bentuk infiltrasi informasi dan pengaruh yang sangat sistematis. Kampanye digital dapat digunakan untuk menciptakan kegaduhan politik, menggeser opini publik, bahkan merusak sendi-sendi demokrasi tanpa keterlibatan militer sama sekali. Ketidakstabilan nasional bisa dipicu hanya dengan manipulasi wacana dan penyebaran kabar palsu melalui jejaring sosial.

Fakta ini memperlihatkan transformasi nyata bahwa ancaman siber merupakan keniscayaan dan tak bisa lagi dipandang sebagai potensi atau imajinasi semata. Bukti konkretnya tercermin melalui dinamika politik di beberapa negara dunia, salah satunya di Eropa Timur. Pada pemilu presiden Romania 2024, publik global menyaksikan bagaimana perubahan peta persaingan politik terjadi secara mendadak dan penuh misteri. Calin Georgescu, yang semula bukan sosok sentral, mendadak menjadi sorotan usai berhasil menarik dukungan besar dalam waktu singkat.

Fenomena ini terjadi bukan karena kampanye konvensional, melainkan karena kekuatan masif dunia digital. Ribuan akun anonim menyebar narasi provokatif di TikTok, Facebook, maupun Telegram menjelang hari pemilihan. Wacana-wacana yang mengusung isu kebangsaan, agama, serta anti-Barat diproduksi dan diviralkan secara terkoordinasi. Sorotan dari media luar negeri seperti RT dan Sputnik ikut mendongkrak efektivitasnya.

Di balik ramainya narasi digital itu, jejak intervensi ternyata sangat kompleks. Tidak dapat dijelaskan hanya dengan menyalahkan pengaruh asing, karena sebagian besar materi didistribusikan oleh pelaku dalam negeri sendiri, walau sumber eksternal juga teridentifikasi. Melalui riset mendalam, terungkap keterlibatan biro iklan dan tokoh digital beralamat di London, menandakan aksi gabungan dari pelaku domestik dan asing dalam skema yang terorganisir.

Broto Wardoyo, akademisi UI dan Ketua Departemen Hubungan Internasional, memaparkan bahwa pemisahan antara ancaman internal dan eksternal di dunia maya sudah semakin kabur. Bagi Broto, serangan digital bisa menjadi hasil kolaborasi halus antara elemen lokal dan global, sehingga garis batasnya luntur bahkan tak lagi tampak.

Ia menjelaskan betapa seriusnya ancaman ini. Kolaborasi semacam itu menjadikan setiap negara demokratis semakin rawan. Tak perlu invasi militer, cukup dengan instrumen manipulasi digital untuk membuat masyarakat terpecah dan kepercayaan terhadap pemilu dihambat.

Masyarakat pun dibuat rentan dan mudah termakan narasi yang sengaja dibangun guna menggiring opini kolektif ataupun memperdalam polarisasi. Stabilitas politik bukan lagi bergantung pada kawat berduri atau kekuatan militer, melainkan pada kekuatan informasi.

Indonesia sangat relevan dengan persoalan ini. Memiliki populasi pengguna internet masif dan kesadaran digital yang terus bertumbuh, bangsa ini sangat mungkin menjadi sasaran operasi serupa. Rasio gesekan sosial-politik yang tinggi di Indonesia berpotensi dieksploitasi lewat operasi digital, apalagi jika para pelaku luar negeri berkolaborasi dengan aktor dalam negeri menggunakan jaringan bot, buzzer, maupun iklan kampanye di platform digital.

Fenomena penyusupan isu dan propaganda digital bukan semata persoalan luar negeri. Jika masyarakat kurang kritis, narasi eksternal dapat diterima sebagai kenyataan dan memperkeruh polarisasi dalam negeri. Membedakan antara isu asli dan isu manipulatif menjadi semakin rumit.

Belajar dari kasus di Romania, Indonesia harus mengambil pelajaran besar. Negara dengan sejarah demokrasi yang kuat saja bisa goyah akibat perang informasi yang terselubung, apalagi negara dengan dinamika politik sebesar Indonesia.

Langkah penting yang harus ditempuh adalah membangun kesadaran kolektif dan memperkuat literasi digital secara nasional. Kemampuan memilah informasi, mengenali sumbernya, serta menolak provokasi menjadi kunci utama agar rakyat tidak mudah terombang-ambing oleh manipulasi yang dibuat demi kepentingan pihak asing ataupun kelompok tertentu. Kewaspadaan akan ancaman siber kini menjadi benteng utama pertahanan bangsa.

Sumber: Ancaman Siber Global Dan Ketahanan Siber Indonesia: Belajar Dari Kasus Pemilu Romania
Sumber: Ancaman Siber Global: Pelajaran Dari Kasus Pemilu Romania Bagi Ketahanan Siber Indonesia