Dampak Pemanasan Konflik di Timur Tengah terhadap Ekonomi Global

by -192 Views

Perang antara Hamas versus Israel di Timur Tengah akan memunculkan ketidakpastian baru terhadap perekonomian dunia. Menurut analisis yang dilakukan oleh Dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu, IMF sebelumnya telah memberikan peringatan bahwa pemulihan ekonomi global melambat setelah pandemi Covid-19 dan serangan Rusia ke Ukraina, yang menyebabkan ketidakstabilan harga energi dan pangan dunia.

Anggito menjelaskan bahwa meletusnya pertempuran antara Israel dan Hamas telah mengganggu kawasan tersebut dan mencerminkan sulitnya melindungi perekonomian dari guncangan global yang sering terjadi dan sulit diprediksi. Konflik ini juga telah mempengaruhi hasil pertemuan tahunan IMF dan World Bank di Maroko. Selain itu, pejabat dunia saat ini masih berjuang menghadapi dampak ekonomi yang tersisa dari pandemi dan perang Rusia di Ukraina, dan kini mereka kembali dihadapkan pada krisis baru.

Menurut Presiden Bank Dunia, Ajay Banga, perekonomian dunia sedang menghadapi kondisi yang sulit. Perang tidak membantu bank sentral yang mencoba menemukan jalan keluar yang baik, terutama dalam meredakan inflasi tanpa memicu resesi. Banga juga menyatakan bahwa dampak perang di Timur Tengah terhadap perekonomian dunia masih terbatas, tetapi jika perang ini meluas maka akan menjadi berbahaya dan mengakibatkan krisis dengan proporsi yang tidak terbayangkan.

Anggito, sebagai Chief Economist CNBC Indonesia, menambahkan bahwa pasar minyak dunia telah gelisah karena pertanyaannya adalah mengenai harga energi. Kenaikan harga minyak dapat memaksa bank sentral, termasuk Federal Reserve, untuk menaikkan suku bunga, yang dapat berdampak kontraproduktif terhadap perkembangan ekonomi global.

IMF juga telah melakukan penelitian mengenai dampak kenaikan harga minyak dunia. Setiap kenaikan harga minyak sebesar 10% dapat membebani perekonomian global, mengurangi produksi sebesar 0,15%, dan meningkatkan inflasi sebesar 0,4% pada tahun depan. IMF juga mempertahankan perkiraan pertumbuhan global sebesar 3% untuk tahun ini dan sedikit menurunkan proyeksi untuk tahun 2024 menjadi 2,9%.

Meskipun situasinya masih terlalu dini untuk dinilai apakah harga minyak akan terus meningkat, perekonomian global masih dalam keadaan rapuh. IMF menggarisbawahi rapuhnya pemulihan ekonomi dan memperingatkan tentang tekanan pada sektor real estate di Amerika Serikat, Eropa, dan China. IMF juga memperhatikan risiko jangka menengah, termasuk kemungkinan terjadinya lebih banyak bencana alam akibat perubahan iklim.

Perekonomian Eropa juga terjebak dalam ketegangan global, terutama setelah serangan Rusia ke Ukraina. Pemerintah-pemerintah Eropa berupaya berkurangnya ketergantungan pada gas alam Rusia dengan beralih ke pemasok di Timur Tengah. Uni Eropa dengan cepat menyatakan solidaritasnya dengan Israel dan mengutuk serangan mendadak dari Hamas.

Indonesia tetap berada dalam posisinya dalam membela Palestina dan mengutuk balas dendam yang dilakukan Israel kepada masyarakat sipil di Gaza. Indonesia juga meminta PBB untuk segera mencari gencatan senjata agar krisis ini tidak meluas dan tidak membahayakan situasi global.