Indonesia Emas pada tahun 2045 tidaklah pasti. Bahkan ada potensi gagal dalam menjadi negara maju. Hal ini diungkapkan dalam White Paper yang dikeluarkan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. White Paper tersebut berjudul LPEM Bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024 – 2024.
Dalam White Paper tersebut, terungkap bahwa Indonesia belum memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk menjadi negara berpendapatan tinggi seperti China, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Brasil ketika mereka pertama kali masuk dalam kelompok negara berpendapatan tinggi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang stagnan dan tidak pernah melebihi angka 5%. Pertumbuhan kredit per tahun juga tidak pernah mencapai 15%, rasio pajak terhadap PDB tidak pernah melampaui 11%, dan kontribusi industri terhadap PDB terus merosot hingga mencapai 18% saat ini. Kemiskinan ekstrem juga masih persisten di angka 1,7%.
Teguh Dartanto, Dekan FEB UI, yang juga menjadi penulis dalam white paper tersebut berjudul Menavigasi Jalan Indonesia Menuju 2045: Kesetaraan dan Mobilitas Ekonomi, menyatakan bahwa fokus pemerintah Indonesia, termasuk calon presiden dan calon wakil presiden ke depan, sebaiknya tidak hanya pada obsesi menjadi negara berpendapatan tinggi. Lebih baik fokus pada pengentasan kemiskinan, menurunkan ketimpangan, dan membangun kelas menengah yang kuat dan inovatif.
Kepala LPEM Chaikal Nuryakin menambahkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia yang stagnan menandakan bahwa Indonesia sedang menghadapi kesulitan dalam menuju tahun 2045. Ia menekankan pentingnya strategi cadangan untuk menghadapi kemungkinan gagal menjadi negara maju pada tahun tersebut.
Dalam white paper tersebut, LPEM juga menyarankan agar calon presiden dan calon wakil presiden ke depan menyiapkan opsi kedua jika Indonesia gagal menjadi negara maju pada tahun 2045. Opsi tersebut adalah mempersiapkan kelas menengah Indonesia yang merupakan pemilik porsi 40-80% dari total penduduk Indonesia secara ekonomi dan inovatif.
Penguatan kelas menengah dapat dilakukan dengan peningkatan kesetaraan kesempatan dan akses pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, pekerjaan di sektor formal, infrastruktur dasar, serta jaminan sosial yang menyeluruh. Ini dianggap sebagai modal utama dan satu-satunya untuk mewujudkan mimpi Indonesia Emas.
LPEM juga mengingatkan agar laju pertumbuhan ekonomi tidak inklusif pada periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo tidak terulang. Program pemerintahan yang terlalu fokus pada kelompok terbawah 20% dan kelompok teratas 10% namun melupakan kelas menengah yang porsinya mencapai 40-80% dari total penduduk juga harus diperhatikan.
Meskipun agak pesimistis, LPEM menekankan pentingnya mempersiapkan kelas menengah yang kuat dan inovatif untuk menciptakan Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2065 jika Indonesia tidak berhasil menjadi negara maju pada tahun 2045.