Bos Properti Bahagia dengan Pembelian Rumah di Bawah Rp 2 M dan Gratis PPN

by -185 Views

Pengembang memproyeksikan kebijakan pemerintah yang membebaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) rumah bakal menaikkan pertumbuhan sektor properti di akhir tahun 2023 ini. Pertumbuhan tersebut bakal semakin besar di tahun depan karena rentang waktu yang semakin lama.

“Sekarang pertumbuhan sampai Kuartal III 6%, pertumbuhan hingga akhir tahun kami proyeksi bisa 7% karena sisa waktu yang ada tinggal beberapa hari lagi, gak sampai dua bulan penuh. Tapi tahun depan kita harap bisa merealisasikan pertumbuhan 8-9%,” ungkap Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Realestat (REI) Joko Suranto kepada CNBC Indonesia, Rabu (8/11/2023).

Untuk bisa merealisasikan target tersebut, pengembang sudah mengirimkan surat kepada pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, tujuannya agar pengembang bisa segera mendorong realisasi percepatan dari sisi operasional.

Pasalnya, proses pembuatan rumah memerlukan waktu yang tidak sebentar, sedangkan subsidi PPN sebesar 100% hanya berlangsung sampai Juni 2024, sedangkan hingga akhir tahunnya sebesar 50%.

“Makanya kami kirim surat itu minimal terkait 3 hal, terkait timeline serah terimanya karena ada batasan sampai Juni 100%, sampai Juli-Desember 50%. Kita tahu industri perumahan perlu waktu ada yang 3, 4, 6 bulan. Bayangkan menjual di posisi April, Mei kalau belum jadi, perlakuannya seperti apa? kita ajukan mengenai timeline itu,” ujar Joko.

“Kedua operasional di lapangan, mengenai cara BAST (Berita Acara Serah Terima) bangunan kita sampaikan, ketiga settlement administrasi bisa jalan sehingga sinkron dan percepat pertumbuhan itu sesuai dengan yang diharapkan pemerintah,” lanjutnya.

Tiga aspek itu berkaitan dengan kejelasan teknis, sehingga juknis atau petunjuk teknis yang akan keluar nantinya bisa lebih mendukung pelaksanaan subsidi ini. Apalagi sektor property bakal berkaitan dengan ratusan industri pendukung di bawahnya.

“Industri properti backbone 185 industri pasti bergerak, ada multiplier output ekonomi, ditambah serapan tenaga kerja menaikkan daya beli masyarakat karena ada pertumbuhan ekonomi lebih tinggi,” sebut Joko.