Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem yang masih berpotensi melanda Kalimantan Timur (Kaltim) sepanjang bulan April 2025. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa curah hujan di wilayah tersebut selama bulan Maret berada di atas normal. Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Kukuh Ribudiyanto, mengungkapkan bahwa sejumlah wilayah di Kaltim mencatatkan curah hujan harian di atas 100 mm, menandakan intensitas hujan yang sangat tinggi.
Menurut Kukuh, curah hujan di bulan Maret 2025 secara statistik jauh di atas rata-rata 30 tahun terakhir, menjadi isyarat bahwa cuaca ekstrem menjadi kenyataan yang harus dihadapi. Beberapa wilayah yang terdampak paling signifikan antara lain Mahakam Ulu, Kutai Barat, Kutai Timur, dan Berau. Peningkatan suhu udara hingga 1,5°C juga tercatat di beberapa titik, termasuk Samarinda.
Pola hujan lokal yang tidak merata selama bulan Maret menciptakan potensi bahaya yang sulit diprediksi. Situasi ini mengarah pada perubahan cuaca yang cepat dari cerah menjadi hujan lebat dengan angin kencang. Risiko longsor, banjir, dan pohon tumbang meningkat, sehingga masyarakat diminta untuk bersiap menghadapi kondisi ini.
Meskipun beberapa masyarakat mengira musim hujan mulai berakhir, BMKG menegaskan bahwa bulan April masih merupakan puncak kedua musim hujan. Hal ini sesuai dengan karakteristik iklim Kalimantan Timur yang memiliki dua puncak hujan dalam setahun. Peningkatan sistem peringatan dini dan penyebaran informasi melalui berbagai platform dilakukan untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem. Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi cuaca dan tidak mengabaikan peringatan yang diberikan.
Langkah kecil dalam pencegahan dapat menyelamatkan nyawa, oleh karena itu, pantau terus informasi resmi BMKG dan segera bertindak sesuai dengan peringatan yang dikeluarkan. Peringatan ini merupakan langkah awal untuk tetap waspada dan mengurangi dampak cuaca ekstrem yang mungkin terjadi.