Di negara Kenya, matahari bersinar tetapi keadaan ekonomi rakyat semakin gelap. Krisis ekonomi yang melanda telah menyebabkan harga-harga melonjak, pajak meningkat, pengangguran meningkat, dan korupsi terus merajalela. Lebih dari empat dari sepuluh penduduk Kenya hidup di bawah garis kemiskinan, dengan kesulitan ekonomi terlihat di wajah-wajah masyarakat setiap hari.
Seorang ibu lima anak seperti Christine Naswa terpaksa berjualan sayur di jalan setiap hari, namun seringkali pulang dengan tangan kosong akibat minimnya pembeli. Presiden William Ruto, yang dulunya berjanji untuk membela rakyat kecil, justru menaikkan pajak dan membebani rakyat dengan utang yang tidak jelas penggunaannya.
Dampak dari kebijakan pemerintah yang tidak populer ini terasa di seluruh sektor ekonomi. Seorang pemilik toko di Nairobi menyatakan bahwa tahun ini adalah tahun terburuk dalam 36 tahun keberadaannya. Pajak yang terus meningkat dan ketidaktransparanan penggunaannya membuat masyarakat semakin tidak percaya pada pemerintah.
Analis Kwame Owino dari Institute for Economic Affairs mengatakan bahwa pajak telah melewati batas kesabaran publik. Masyarakat Kenya mulai merasa lelah dengan pemerintah yang lebih fokus pada menutupi belanja boros daripada membangun negara. Tekanan dari lembaga-lembaga luar seperti IMF untuk melakukan reformasi fiskal juga semakin menambah kebingungan dan kekecewaan di kalangan rakyat.
Pemerintahan yang seharusnya dielu-elukan kini malah dituding telah mengkhianati rakyat. Kepercayaan pada pemerintah semakin merosot, dan harapan pada perubahan melalui pemilu 2027 pun semakin memudar. Warga Kenya merasa bahwa mereka terus dikhianati dan tidak ada pilihan yang memberikan harapan.embali ke permukaan
Dapatkan informasi terbaru PRANALA.co di Google News dan ikuti grup Whatsapp mereka untuk tetap terhubung dengan perkembangan terkini.