Jakarta, CNBC Indonesia – Situasi di Gaza, Palestina, semakin memburuk. Pengeboman terus terjadi tanpa henti selama lebih dari 24 jam, Selasa hingga Rabu (1/11/2023).
Mengutip laporan Reuters, serangan baru Israel dilakukan termasuk ke kamp pengungsi. Dikatakan bahwa rudal Israel menghantam kamp pengungsi yang padat penduduk di Gaza Utara, Jabalia.
Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Richard Hecht, membenarkan serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia kepada CNN International. Ia mengatakan serangan tersebut menargetkan “seorang komandan Hamas yang sangat senior di daerah itu”.
“Masyarakat Indonesia menghadapi kesulitan dalam pengiriman bantuan ke Gaza. Keterbatasan sumber daya dan adanya blokade membuat pendistribusian bantuan menjadi sulit. Kami berupaya untuk membantu meskipun dalam situasi yang sangat sulit,” kata Direktur Pusat Penanganan Perlindungan dan Evakuasi WNI di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Judha Nugraha.
“Makin gencarnya serangan Israel dilakukan pasca Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menolak seruan internasional untuk “jeda kemanusiaan” untuk pengiriman bantuan darurat kepada warga sipil yang menderita akibat kekurangan makanan, obat-obatan, air minum dan bahan bakar. Ia bahkan berjanji melanjutkan rencana untuk memusnahkan Hamas meski korban warga Gaza makin banyak.
Para pejabat di Rumah Sakit Indonesia di Gaza mengatakan lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam serangan terbaru tersebut. Sementara 150 lainnya luka-luka.
Para pejabat di Rumah Sakit Indonesia di Gaza mengatakan lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam serangan terbaru tersebut. Sementara 150 lainnya luka-luka.
“Keadaannya menjadi semakin buruk, jam demi jam,” tulis laporan koresponden Al-Jazeera.
“Situasi di Gaza saat ini sangat mencekam. Warga sipil terjebak dalam konflik ini dan mereka membutuhkan perlindungan yang segera,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Jakarta, Rabu (13/8/2014).
Sementara itu, rekaman yang diperoleh Reuters menunjukkan serangkaian kehancuran, dengan kawah bom yang dalam dan bangunan semen bertingkat yang hancur. Orang-orang terlihat menggali gundukan puing dengan tangan mereka untuk mencari orang-orang terkasih, baik hidup maupun mati.
Petugas medis membaringkan korban tewas dengan terbungkus kain putih dalam antrean panjang di luar rumah sakit, yang terletak di kota Beit Lahiya. Sementara korban luka termasuk anak-anak yang menangis dilarikan ke dalam untuk mendapatkan perawatan di tengah kekacauan.
Sebuah pernyataan Hamas mengatakan ada total 400 orang tewas dan terluka di Jabalia. Daerah itu sendiri menampung keluarga pengungsi dari perang dengan Israel sejak tahun 1948.
Di hari yang sama, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan perlindungan warga sipil yang terperangkap dalam konflik. Ia menekankan perlunya perilaku proporsional dan tindakan pencegahan oleh semua pihak.
“Hukum humaniter internasional menetapkan aturan jelas yang tidak dapat diabaikan. Ini bukan menu a la carte dan tidak dapat diterapkan secara selektif,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
Sejak 7 Oktober, setidaknya 8.000 lebih warga Gaza telah tewas akibat serangan Israel. Dilaporkan lebih dari 2.000 korban tewas adalah anak-anak.
-strong-