Penyebab Tingginya Inflasi di Balikpapan Dibandingkan dengan Tingkat Nasional

by -155 Views

Kenaikan Harga Sebabkan Inflasi Kota Balikpapan

Kota Balikpapan, Kalimantan Timur mengalami kenaikan harga pada Oktober 2023, yang mengakibatkan inflasi sebesar 0,13% (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan R. Bambang Setyo Pambudi mengatakan angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi pada September 2023 yang hanya 0,02% (mtm), maupun inflasi nasional yang 0,10% (mtm).

Inflasi Balikpapan dipicu oleh beberapa faktor, antara lain kenaikan harga avtur yang berdampak pada tarif angkutan udara. Produksi beras di daerah penghasil menurun akibat fenomena El Nino, berkurangnya pasokan daging ayam ras dan cabai rawit merah karena kekeringan dan serangan penyakit tanaman. Serta meningkatnya harga bahan baku obat di tengah pelemahan nilai tukar rupiah.

Beberapa komoditas volatile food memberikan kontribusi deflasi, seperti ikan layang/ikan benggol, ikan selar/ikan tude, tomat dan daun kemangi yang mengalami penurunan harga karena pasokan yang normal.

Secara tahunan, inflasi IHK Kota Balikpapan tercatat sebesar 3,00% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional (2,56% yoy) namun lebih rendah dari inflasi gabungan 2 Kota di Provinsi Kalimantan Timur (3,09% yoy).

Inflasi tahun kalender berjalan di Kota Balikpapan adalah 2,75% (ytd). Meskipun begitu, Bambang menyebutkan inflasi Balikpapan masih terkendali di dalam rentang sasaran inflasi nasional 3% ± 1%.

Namun, dia mengingatkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan tekanan inflasi ke depan, seperti potensi El Nino yang masih berlangsung, penyesuaian harga BBM non subsidi, dan tingginya permintaan untuk berbagai komoditas pangan dan jasa di Kota Balikpapan yang menjadi pusat kegiatan strategis nasional.

Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan terus berupaya untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi.

Beberapa kegiatan tersebut antara lain melalui pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak di Balikpapan, Paser dan PPU; pelaksanaan operasi pasar rutin dan continuitas kegiatan urban farming komoditas cabai dan hidroponik komoditas sayuran bersama dengan kelompok Gerakan Wanita Matilda di 6 kecamatan di Balikpapan.

Bank Indonesia juga akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait baik di pusat maupun di daerah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Inflasi Balikpapan diharapkan dapat terjaga pada level yang rendah dan stabil, sehingga dapat mendukung daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.