Israel Semakin Arogan, Tak Mengecek Dampak Bagi Sekutu & Resolusi PBB

by -100 Views

Pemimpin Israel berkomitmen untuk melanjutkan perang di Jalur Gaza melawan Hamas, meskipun mendapat tekanan internasional yang makin meningkat, termasuk dari Amerika Serikat. Perang ini sudah memasuki bulan ketiga, dan telah menewaskan ribuan warga sipil serta menyebabkan kerusakan yang parah terhadap infrastruktur di Gaza.

Majelis Umum PBB telah mendukung resolusi gencatan senjata yang tidak mengikat, namun serangan masih terus terjadi, termasuk di Kota Gaza, pusat kota terbesar di Gaza, serta Khan Younis dan Rafah di selatan. Para pengungsi Gaza, yang mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak, tinggal di tenda-tenda darurat karena persediaan makanan, air minum, obat-obatan, dan bahan bakar semakin menipis.

Di Israel, sirene serangan udara terdengar di beberapa wilayah di dekat Gaza, karena roket yang ditembakkan oleh militan Palestina. Serangan udara juga menghantam sel militan di distrik Shejaiya Kota Gaza yang berencana meluncurkan roket ke arah Israel. Sebuah keluarga di Khan Younis berduka atas kematian ayah mereka akibat serangan.

Meski mendapat kecaman dari Amerika Serikat, Israel tetap berkomitmen untuk melanjutkan perang, dan memandang gencatan senjata saat ini sebagai hadiah bagi Hamas. Presiden AS Joe Biden mengatakan sebagian besar negara di dunia mulai kehilangan dukungan terhadap Israel, karena serangan tanpa pandang bulu yang terjadi. Meskipun demikian, Israel akan terus melanjutkan perang melawan Hamas dengan atau tanpa dukungan internasional.

Sementara itu, sistem rumah sakit di Gaza mengalami kondisi kritis, dengan kekurangan vaksin untuk anak-anak dan tambahan tekanan yang menyebabkan dampak besar terhadap kesehatan. Kementerian Kesehatan yang dikuasai Hamas mengatakan pasukan Israel melepaskan tembakan ke rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara.

Kekhawatiran akan meluasnya konflik juga masih ada, baik di dalam Gaza maupun di sepanjang perbatasan Israel dengan Lebanon, tempat Hizbullah bermarkas. Netanyahu mengatakan ada “ketidaksepakatan” dengan Washington mengenai bagaimana Gaza pascakonflik akan diatur, sementara Ketua Hamas Ismail Haniyeh menyatakan kesiapan untuk melakukan pembicaraan yang dapat mengarah pada “jalur politik yang menjamin hak rakyat Palestina atas negara merdeka mereka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya”.